Mentari menyembul malu
pada pusaran langit setengah sendu
pada pusaran langit setengah sendu
usai gerimis gusar menyapa
dini hari selepas pijar cengkrama
Nafas letih beradu waktu
memutar roda energi dalam kisaran raga
perlahan detak mimpi bersatu
erat menggenggam gelora sukma
Lantai keramik putih setengah berbisik
risau menopang sukma yang terbelah
meski sujud berpolah jentik
gamang duniawi menelurkan sembah
Semesta punya cara sendiri untuk bicara
bahkan dalam bilangan yang tak terhitung
cita itu seperti belantara
tersibak perlahan meski tak tertantang
Berlarilah berlarilah
sebab kilau tak serta merta hadir
tangguh itu menjalar, kuat itu menular
maka srikandi menjelma akar
dalam sanubari yang tak gentar
Jika retak dawai tetap syahdu terdengar
tangis dan tawa tak berarti sampah
suara-suara lirih itu adalah pijar
menggeliat meski tak terlihat
utuh atas nama ketidakpastian
Maka jangan lagi menyeru enggan
menyerah takluk pada rintang
siang tak akan selalu terang
hening malam pun tak lagi lamban
Lihat, semesta selalu punya jawaban atas tanya.
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
monggo dikomen :)